Sunday, April 3, 2022

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuat Tidaknya Pengendalian / Kontrol Sosial

Pengendalian Sosial adalah salah satu yang penting dalam kehidupan sosial. Dimana dalam pengendalian sosial adalah  sangat penting untuk mengendalikan kehidupan masyarakat dan agar tidak terjadinya kerusuhan di dalam masyarakat. Termasuk agar masyarakat tidak mengalami pelanggaran dan hidup di dalam kehidupan di masyarakat. Oleh sebab itu, pengendalian sosial adalah hal yang penting untuk kita jalani.

Polisi
Faktor-Faktor Efektif dalam Kontrol Sosial
© mohamed Hassan dari Pixabay / Polisi
  

Menurut Soerjono Soekanto (1981) yang dimaksud pengendalian sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan yang tujuannya mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat untuk mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang sedang berlaku.[2][1]

 

Faktor-Faktor Efektif Tidaknya Kontrol Sosial

Setidaknya ada lima faktor yang ikut menentukan sampai seberapa jauhkah sesungguhnya sesuatu usaha kontrol / Pengendalian sosial ini. Kelima faktor-faktor ini antara lain :

  1. Menarik-tidaknya kelompok masyarakat itu bagi warga-warga yang bersangkutan.
  2. Otonom-tidaknya kelompok masyarakat itu
  3. Bergam-tidaknya norma-norma yang berlaku di dalam kelompok itu.
  4. Besar-kecilnya dan bersifat anomie-tidaknya kelompok masyarakat yang bersangkutan
  5. Toleran-tidaknya sikap petugas kontrol sosial terhadap pelanggaran yang terjadi.[2]

Setidaknya ada beberapa hal dalam faktor-faktor ini, antara lain :

 

1. Menarik-tidaknya kelompok masyarakat itu bagi warga-warga yang bersangkutan

Pada umumnya, kian menarik sesuatu kelompok bagi warganya, kita besarnya efektivitas kontrol sosial atas warga tersebut, sehingga tingkah pekerti di warga sendir dapat dikontrol conform dengan keharusan norma yang telah berlaku. Kelompok masyarakat yang disukai oleh warganya, kuatlah kecenderungan pada pihak warga-warga itu untuk berusaha sebaik-baiknya agar tidak melanggar norma di kelompok. Diman akhirnya norma-norma itu menjadi self-enforcing. Apabila terjadi pelanggaran, si pelanggar tersebut dapat dikontrol dan dikendalikan dengan mengikuti keharusan norma yang telah berlaku. [3]

 

2. Otonom-Tidaknya Kelompok Masyarakat itu

Makin otonomnya masyarakat suatu kelompok, maka efektiflah kontrol sosial dan pengendalian sosial yang berlaku. Sehingga semakin sedikitlah jumlah penyimpangan-penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi atas norma-norma kelompoknya. Dimana kontrol sosial efektif sekali berlaku di masyarakat-masyarakat yang kecil-kecil dan terpencil; dan sebaliknya mengapa di dalam masyarakat kota besar- yang terdiri banyak kelompok-kelompok sosial besar maupun kecil itu – kurang efektifnya kontrol sosial dan sering terjadinya pelanggaran-pelanggaran di sana. [4]

 

3. Beragam-Tidaknya Norma-Norma yang Berlaku di Dalam Kelompok itu.

Makin beragam macam norma yang berlaku di dalam suatu kelompok -lebih-lebih apabila antara norma-norma itu tidak ada kesesuaian atau apabila malahan bertentangan – maka semakin kurang efektifnya kontrol sosial yang berfungsi dalam menegakkannya. Ini telah dibuktikan dalam Meyers bila apabila seseorang dibebani norma oleh dua orang, sedangkan norma itu saling bertentangan yang saru harus melaksanakannya dan yang satu melarang untuk dilaksanakannya tugas itu), maka yang terjadi adalah serba ragu-ragu dan tak konstruktif di pihak yang memberikan perintah norma itu.[5]

 

4. Besar-kecilnya dan Bersifat Anomie-Tidaknya Kelompok masyarakat yang bersangkutan

Semakin besar suatu kelompok masyarakat, maka semakin sukarnya orang saling mengidentifikasi dan saling mengenali warga masyarakat kelompoknya. Sehingga, dengan bersembunyi dibalik keadaan anomie (keadaan untuk saling tidak mengenal), semakin bebaslah individu-individu untuk berbuat “semaunya”, dan kontrol sosial pun lumpuh tanpa daya apa-apa. Oleh sebab itu, faktor ini juga mempengaruhi kontrol sosial di masyarakat.[6]

 

5. Toleran-Tidaknya Sikap Petugas Kontrol Sosial Terhadap Pelanggaran yang Terjadi

Sering kali kontrol sosial tidak terlaksana secara penuh dan konsekuen, bukan karena kondisi-kondisi objektif yang tidak memungkinkan, melainkan karena sikap toleran (menenggang) agen-agen kontrol sosial terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Mengambil sikap toleran, pelaksana kontrol sosial itu sering membiarkan begitu saja sementara pelanggar norma lepas dari sanksi yang seharusnya dijatuhkan. Setidaknya ada faktor-faktor yang mempengaruhi sikap toleran -tidaknya agen-agen kontrol sosial ini  : (1) Ekstrem-tidaknya pelanggaran norma itu; (20 Keadaan situasi sosial pada ketika pelanggaran norma itu terjadi; (3) Status dan reputasi individu yang ternyata melakukan pelanggaran; dan (4) Asasi-tidaknya nilai moral-yang terkandung di dalam norma – yang terlanggar.[7]

 

Kesimpulan

Setidaknya terdapat 5 faktor yang mempengaruhi suatu kontrol sosial / pengendalian sosial itu berjalan efektif. Antara lain :  (1) Menarik-tidaknya kelompok masyarakat itu bagi warga-warga yang bersangkutan; (2) Otonom-tidaknya kelompok masyarakat itu; (3) Bergam-tidaknya norma-norma yang berlaku di dalam kelompok itu; (4) Besar-kecilnya dan bersifat anomie-tidaknya kelompok masyarakat yang bersangkutan; dan (5) Toleran-tidaknya sikap petugas kontrol sosial terhadap pelanggaran yang terjadi. Dari hal-hal ini kita bisa melihat bagaimana kontrol sosial ini penting dan seberapa efektifnya kontrol sosial ini di dalam masyarakat.

 

Sumber :

Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto(Editor), Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2019), 118, 123 - 127

 

Apakah dirimu memahami bagian ini? adan apakah dirimu mau dikontrol sosial agar kehidupan bermasyarakat dan berbangsa bisa berjalan efektif?

 

----

[1] Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto(Editor), Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2019), 118

[2] Ibid, 123

[3] Ibid, 123

[4] Ibid, 124 - 125

[5] Ibid, 125

[6] Ibid, 126

[7] Ibid, 127

Tinggalkan Komentar di bawah ini
EmoticonEmoticon