Kita pernah sebelumnya pernah membahas mengenai penyimpangan sosial yang terjadi saat kehidupan sosial kita. Bahkan dapat dibilang,setiap dalam kehidupan kita terjadi namanya penyimpangan sosial karena kita melawan norma-norma yang ada sekaligus terjadi perubahan nilai moral yang ada di lapangan. Bahkan dapat dibilang perubahan moral dan terjadinya penyimpangan akan selalu terjadi dan jika penyimpangan sosial ini terus berlanjut, maka akan terjadi kekacauan sosial yang sangat besar.
Salah Satu bentuk Pengendalian Sosial © Foto oleh Kindel Media dari Pexels / Petugas |
Seperti apa yang kita ungkapkan dalam artikel Mengapa Mempelajari Penyimpangan sosial sangat penting? Maka kita akan mengenal beberapa hal yang berkaitan dengan penyimpangan sosial. Jika kita mempelajari penyimpangan sosial, maka kita juga akan mempelajari dalam ranah interaksi sosial. Dan kita akan melihat keterkaitan antara interaksi sosial dengan penyimpangan sosial. Ketika kita belajar mengenai penyimpangan sosial berarti juga kita membuka kembali ingatan kita mengenai interaksi sosial pada materi atau sub pokok bahasan pola-pola interaksi sosial. Bahkan dalam interaksi sosial, kita akan menemukan berbagai rambu-rambu tertib sosial. Jika kita berinteraksi sosial tanpa adanya orang lain. Oleh sebab itu, jelas penyimpangan sosial akan sering terjadi dan kemungkinan bisa dicegah jika kita tahu bagaimana penyimpangan sosial terjadi.[1]
Oleh sebab itu disini kita akan membahas mengenai mengapa kita perlu mempelajari mengenai kontrol / pengendalian sosial dalam Sosiologi.
Arti Penting Kontrol / Pengendalian Sosial dalam Sosiologi
Di dalam masyarakat, berbagai aturan dan larangan yang berlaku terus menerus tidak hanya berwujud sebagai rambu-rambu dan sederhana hal yang ada seperti halnya dalam kehidupan dalam berbagai lalu lintas di jalan raya. Bahkan jauh lebih banyak dan kompleks dalam kehidupan. Sepanjang semua anggota masyarakat. Tujuan dari ketertiban dan kehidupan masyarakat yang penuh dengan aturan dipergunakan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dan masyarakat akan berperilaku secara taat dan tertib. Tapi harapan bahwa setiap manusia bisa berlaku taat, tentu tidak semua orang akan taat kepada aturan yang berlaku di masyarakat, dan suatu ketaatan itu sendiri adalah harga yang sangat mahal dicapai.[2] Oleh sebab itu, pengendalian sosial disini akan membahas pentingnya pengendalian yang ada di dalam hidup bersosial. Dimana kontrol sosial ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan bersosial.
Menurut Peter L. Berger (1978), yang dimaksud dengan pengendalian sosial / kontrol sosial adalah berbagai cara yang digunakan dalam masyarakat untuk menertibkan anggota yang saat ini membangkang. Sementara Roucek sendiri (1965) memberikan pengertian bahwa pengendalian sosial merupakan suatu istilah kolektif yang mecau pada proses terencana atau tidak untuk mengajar individu agar dapat melakukan sesuatu atau menyesuaikan diri terhadap kehidupan atau kebiasaan dan nilai kelompok tempat mereka tingga. Menurut Soerjono Soekanto (1981) yang dimaksud pengendalian sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan yang tujuannya mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat untuk mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang sedang berlaku.[3]
Arti penting dalam Sosialisasi di dalam pengendalian sosial, secara normatif, tidak hanya mendatangkan manfaat bagi masyarakat – dalam arti memungkinkan terwujudnya ketertiban sosial- tetapi juga mendatangkan manfaat bagi warga agar warga secara individual bisa taat. Melalui proses-proses sosialisasi, maka warga masyarakat dapat belajar mengenai bertingkah secara pekerti dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan tanpa menemui kesulitan apapun yang ada.[4] Sehingga sosialisasi sendiri adalah salah satu pembentuk dan mempengaruhi suatu pengendalian sosial yang ada. Bahkan sosialisasi akan membangun kontrol sosial yang sangat sederhana.
Dari suatu norma-norma ini sendiri membawa petunjuk dan pendoman yang mengenai bagaimana caranya dan bagaimana sebaliknya, menyelesaikan urusan-urusan hidup di dalam masyarakat ini. Demikianlah karena proses sosialisasi akan menghasilkan bersifat rewarding – artinya mendatangkan reward atau manfaat dan keuntungan tertentu. Sehingga tidak seorangpun akan menentang berbagai sosialisasi akhirnya menjadi pengendalian sosial.
Namun suatu hal tertentu, individu-individu tertentu dan atau pada waktu-waktu atau keadaan tertentu, daya self-enforcing dari norma-norma itu melemahkan keadaan-keadaan mereka dan akhirnya semakin lemah serta menghilang. Dalam hal demikian, ini individu-individu pada saat situasi-situasi tertentu mungkin saja merasa bahwa mengikuti bunyi sesuatu dari norma itu tidak mendapatkan rewarding, maka sebaliknya mendapatkan kerugian. Dari hal ini akhirnya muncul yang disebut namanya penyimpangan sosial.[5].
Hingga suatu ketika, individu tersebut lebih menyimpang dari norma yang ada dan sosialisasi maupun norma-norma tidak memberikan efek-efek positif, maka masyarakat, atas dasar otoritas dan kekuatan sendiri mulai bergerak melaksanakan kontrol sosial / pengendalian sosial. Kontrol sosial sendiri dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau dalam versi “mengancam sanksi” yang disebut kontrol sosial yang bersifat preventif. Kontrol sosial sendiri sangat penting dilakukan setelah terjadinya pelanggaran dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa berjalan seperti semula disebut kontrol sosial yang bersifat represif.[6].
Cara kerja kontrol sosial dengan cara mengancam kan atau membebankan sanksi kepada pelanggar-pelanggar norma seperti tersebut diatas itu sesungguhnya punya efek psikologik yang kuat terhadap para (kandidat) yang akan melanggar norma agar tidak melanggar norma lagi. Sehingga kontrol sosial sangat penting dalam kehidupan sosial karena memberikan efek membendung atau mengembalikan para warga agar niat menaati norma-norma yang berlaku.[7].
Keuntungan dapat melaksanakan pengendalian sosial
Keuntungan jika melaksanakan kontrol atau pengendalian sosial adalah warga akan menjadi :
- Tertib terhadap lingkungan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat serta dapat memberikan keuntungan lebih terhadap pembentukan karakter yang ada di dalam masyarakat.
- Pengendalian sosial akan membawa efek jera bagi orang-orang yang melanggar di dalam kehidupan sosial
- Pengendalian sosial bisa membawa kehidupan di masyarakat kembali lebih baik dan menegaskan sosialisasi dan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.
- Pengendalian sosial bisa menjadi cara terakhir di dalam kehidupan sosial karena dalam cara pengendalian sosial pasti ada ancaman sosial dan membebankan sanksi kepada pelanggar-pelanggar norma yang ada. Sehingga dapat memberikan efek psikologis.
- Pengendalian sosial bisa menjadi jalan terakhir ketika ada terjadi penyimpangan sosial dan ketidaktertiban sosial yang terjadi. Bahkan pengendalian sosial bisa menjadi kontrol terhadap pelanggaran sosial yang terjadi.
Kesimpulan
Kehidupan dalam kehidupan kita sendiri saat ini. Bahkan pengendalian sosial adalah sesuatu yang penting dan hal tersebut adalah yang penting. Pengendalian sosial sendiri adalah pengendali yang penting untuk mengendalikan kehidupan sosial yang ada. Dan dalam pengendalian sosial sendiri. Bahkan pengendalian sosial sendiri bisa menjadi cara terakhir untuk membawa orang-orang bisa mengendalikan diri dan bisa membawa masyarakat jauh lebih tertib dan bisa memiliki kehidupan yang tertib.
Pengendalian sosial sangat penting agar kehidupan masyarakat bisa sangat tertib dan bisa menjadi manusia yang taat secara sosial. Dalam hal ini, kontrol / pengendalian sosial memberikan efek baik dalam kehidupan bersosial bermasyarakat. Sehingga dalam pengendalian sosial ini, kita bisa membawa kehidupan masyarakat lebih baik dan jauh lebih berkembang dari hari ke hari.
Sumber Daftar :
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto(Editor), Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2019), 87, 118 - 120
----
[1] J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto(Editor), Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2019), 87
[2] Ibid, 118
[3] Ibid, 118
[4] Ibid, 118
[5] Ibid, 119
[6] Ibid, 120
[7] Ibid, 120
Tinggalkan Komentar di bawah ini
EmoticonEmoticon