Intelegensi merupakan kata adaptasi dari bahasa Latin "Intelligentia", berarti kekuatan akal manusia. Definisi untuk intelgensi banyak sekali di buat oleh para ahli. Namun orang awan seringkali mengartikan sebagai kecerdasan, kepintaran, dan kemampuan memecahkan masalah dengan cerdas. Intelegensi sendiri timbul karena kemampuan dari akal manusia dalam menyelesaikan segala masalah dalam kehidupan.
Kecerdasan dalam kehidupan manusia © Gerd Altmann / Pixabay / Cerdas |
Definisi dan Kehakikian Intelegensi
Ahli psikologi bernama Galton yang melakukan pendekatan pada psikofisik, menyatakan bahwa ada dua karakteristik yang hanya dipunyai dan tertanam oleh orang-orang berintelegensi tinggi yang memisahkan dari orang-orang berintelegensi renah, yang terletak pada energi dan kemampuan untuk bekerja dan kepekaan terhadap stimulasi fisik.
Selain itu juga terdapat pendapat dari L.M Terman di tahun 1916 yang mengartikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak. Goddard, tahun 1946 mendefinisikan intelegensi sebagai tingkatan pengalaman seseorang untuk mentuntaskan masalah-masalah yang dihadapi dan mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang. Edward Lee Thorndike (1874 - 1949), tokoh psikologi fungsionalisme, mengartikan intelegensi sebagai kemampuan untuk memberikan respon yang baik dari paham dan aliran kebenaran atau fakta.
Menurut ahli-ahli psikolog yang memusatkan pada tindakan intelegensi itu daripada yang diartikan dengan intelegensi. Dikarenakan bahwa intelegensi merupakan identitas mental yang tidak membutuhkan definisi, Sehingga perilaku intelegensi lebih nyata batasannya dan ciri-cirinya sehingga bermanfaat untuk dipelajari. Dengan mempelajari ciri-ciri dan petunjuk perilaku intelgensi. Dengan demikian, definisi intelegensi akan terkandung dalamnya.
Sementara itu, Alfred Binet (1857 - 1911), tokoh utama perintis pengukuran intelegensi bersama Theodore Simon, mengartikan intelegensi dengan tiga elemen, yaitu :
- Kemampuan untuk mefokuskan akal, pikiran atau tindakan.
- Kemapuan untuk mengoversikan arah tindakan bila tindakan tersebut sudah dilakukan.
- Kemampuan untuk menyanggah dan mengkritik diri sendiri atau autocriticsm.
Beberapa Realitas Pahit bagi Intelegensi Tinggi
Dalam kehidupan realitas yang sering terjadi kepada orang-orang pemilik IQ tinggi (Cerdas) pada masa sekolahnya memiliki prestasi yang sangat dibanggakan tapi jawaban realitas di kemudan hari termasuk golongan orang-orang yang gagal. Gagal yang artinya bekerja apa adanya tidak semestinya dengan kemampuan otaknya.
Kehidupan Sosial juga jauh lebih penting © Masyarakat / Fauxels / Pexels |
Banyak diantara mereka yang bekerja di pabrik, kuli, bahkan bekerja kasar yang padahal mereka semestinya memiliki kecerdasan yang kuat. Namun sebaliknya banyak dari orang-orang pemilik kecerdasan cukup (IQ kategori rata-rata) ternyata sangat sukses dan berhasil dalam kehidupannya. Kadang diantara mereka sebagai home indurstri, rental mobil, bahkan pemilik perusahaan.
Kecerdasan Selain IQ
Berdasarkan penelitian dari Daniel Goleman yang meneliti Kecerdasan Emosi menyatakan bahwa ada faktor-faktor lain yang mengapa orang pemilik IQ tinggi gagal dan orang-orang dengan IQ rata-rata jauh lebih sukses. Serta menurut Sternberg bahwa IQ berhubungan dengan 4% keberhasilan di dunia nyata. Dengan kata lain lebih dari 90 % berhubungan dengan bentuk-bentuk kecerdasan lain. Kecerdasan-kecerdasan lain yang saat ini trend adalah Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), dan Physical Quotient (PQ).
Emotional Quotient
Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengendalikan perasaan manusia, terlebih lagi perasaan diri sendiri sehingga dapat mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri serta hubungan dengan orang lain.
Emotional Quotient (EQ) yang dikenal sebagai kecerdasan emosi dikenal saat pertengahan 1990 dengan diterbitkan buku Daniel Goleman : Emotional Intelligence.
Untuk hal ini, maka diperlukan pengembangan emosional yang baik. Mengembangkan EQ sebenarnya sangat cukup mudah. Berikut inti dalam mengembangkan EQ dengan baik, yaitu : Dengan membuka hati, dikarenakan hati merupakan simbol pusat emosi, lalu menjelajah dataran emosi dan mengambil tanggung jawab.
Dengan kemampuan EQ yang baik, maka seseorang dapat mengatur emosinya dengan baik supaya dapat berhubungan dengan manusia-manusia lainnya. Emosi juga berbeda dengan luapan marah. Luapan kemarahan hanya salah satu bagian dari emosi. Pada dasarnya emosi merupakan kondisi dari kejiwaan mereka. Ketika mendapatkan respon dari luar, maka ditangkap oleh indera sekaligus menghasilkan rasangan emosi yang memungkinkan seseorang untuk memunculkan bentuk-bentuk emosi seperti bahagia, marah, atau sedih.
Spiritual Quotient
Spiritual Quotient (SQ) merupakan kecerdasan spiritual yang penting untuk memimpin manusia kejalan yang benar tentang makna dan nilai kehidupan. Kecerdasan spiritual berasal dari dimensi non material atau roh manusia. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan tertinggi dari kecerdasan emosi dan kecerdasan intelegensi. Sejatinya orang sukses adalah orang yang dapat dapat mengerti kebenaran, nilai, dan makna dari kehidupan itu.
Kecerdasan Spiritual Quotient dapat diraih ketika seorang dapat mendekatkan diri untuk mengerti makna dan nilai kehidupan, kesadaran diri sendiri akan kehidupan, dan mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha Esa. Kecerdasan ini sangat penting dan bermakna bagi kehidupan supaya dapat bahagia baik di dunia maupaun dunia setelah kematian.
Physical Quotient
Kecerdasan fisik dapat diperoleh dengan melakukan olahraga yang teratur dengan mengatur waktu istirahat yang cukup, merawat diri dengan baik, serta menjaga pola makanan dan minuman. Dengan begini, seseorang akan mendapatkan kecerdasan fisik yang maksimal.
Selain EQ, IQ, dan SQ, juga terdapat Physical Quotient (PQ), PQ merupakan kecerdasan fisik bagi seorang manusia. Kecerdasan fisik berhubungan dengan kebugaran seseorang dalam mental dan tubuh manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kecerdasan fisik ini dapat diperoleh dari kerja keras serta mengoptimalkan seluruh fisik agar lebih baik.
Keseimbangan SIPEQ Lebih Baik diterapkan Ketimbang Mengandalkan IQ
Dengan menjaga kesimbangan antara IQ, EQ, PQ, dan SQ dapat membangun manusia untuk meraih kesuksesan. Keseimbangan inilah yang membentuk manusia yang baik, berkompeten, bermoral, serta bersosial yang baik di masyarakat. Di Era sekarang hanya mengandalkan IQ semata tidak akan membawa ke dalam kesuksesan yang maksimal tanpa mendapatkan dukungan dari EQ, SQ, dan PQ yang mereka miliki saat ini.
Relationship bagian dari kecerdasan juga © fauxels / Pexels |
Pada era sekarang, kecerdasan Intelegensi (IQ) tidaklah satu-satu faktor dapat menghubungkan manusia ke dalam kesuksesan. Namun masih faktor lain yang secara realitas di kehidupan yang dapat membantu mereka mencapai kesuksesan. Salah tunya adalah memiliki Emotioanl Quotient, Spiritual Quotient, dan Physical Quotient yang baik.
Sumber Referensi :
BINHAM'S BLOG, 2012, "potensi fisik" https://binham.wordpress.com/tag/kecerdasan-fisik/ Diakses pada 8 Juli 2021
Ngurah Jaya Antara, "PSIKOLOGI - KONSEP INTELEGENSI", https://ngurahjayaantara.blogspot.com/2013/12/psikologi-konsep-intelegensi.html Diakses pada 8 Juli 2021
Tinggalkan Komentar di bawah ini
EmoticonEmoticon